Kamis, 29 Maret 2012

hernia inguinalis


BAB I
PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Kapita Selekta Kedokteraan Edisi 3, Marilynn E. Donges).
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).
            Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena adanya factor yang didapat.

A.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hernia inguinalis?
2.      Bagaimana etiologi Hernia inguinalis?
3.      Tanda dan gejala Hernia inguinalis?
4.      Bagaimana patofisiologi Hernia inguinalis?
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada Hernia inguinalis?

B.     Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:
1.      Apa yang dimaksud dengan Hernia inguinalis
2.      Bagaimana etiologi Hernia inguinalis
3.      Tanda dan gejala Hernia inguinalis
4.      Bagaimana patofisiologi Hernia inguinalis
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada Hernia inguinalis



C.    Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian Hernia Ingunalis
B.     Etiologi Hernia Ingunalis
C.     Tanda Dan Gejala Hernia Ingunalis
D.    Patofisiologi Hernia Ingunalis
E.      Pemeriksaan Diagnostic Pada Hernia Ingunalis

BAB III ASKEP  PADA PASIEN DENGAN GANNGUAN EFUSI PLEURA
A.      Tindakan Keperawatan Pada Penderita Pra Bedah
B.      Tindakan Keperawatan Pada Penderita Pasca Bedah / Setelah Bedah
C.      Tindakan Keperawatan Pada Penderita Intra Bedah Atau Masa Bedah.


BAB II
TINJAUAN MATERI

A.    DEFENISI
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Kapita Selekta Kedokteraan Edisi 3, Marilynn E. Donges).
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena adanya factor yang didapat.


z  Klafikasi Hernia
  • Menurut lokalisasi atau topografinya : Hernia inguinalis, hernia umbilikalis femoral dan sebagainya.
  • Menurut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum dan sebagainya.
  • Menurut terlihat atau tidaknya. Bila terlihat disebut hernia eksterna misalnya hernia inguinalis, hernia skrotalis dan sebagainya. Sedang bila tidak terlihat dari luar disebut hernia interna, contohnya hernia diafgramatika, hernia foramen Winslowi, hernia obturatoria dan sebagainya.
  • Hernia menurut kausanya : Hernia traumatika, hernia insisional dan sebagainya.
  • Menurut keadaan : Hernia reponibilis, hernia ireponibilis, hernia inkaserata, hernia strangulata.
  • Disebut reponibilis, bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Bila tidak dapat dimasukkan kembali maka disebut hernia ireponibilis.
  • Bila selain tidak dapat masuk terdapat juga gangguan jalannya isi usus, maka dinamakan hernia inkarserata. Bila selain inkarserasi terdapat gangguan sirkulasi darah, maka keadaan itu disebut hernia strangulata.
Menurut nama penemunya, seperti :
ü  Hernia Petit, yaitu henria di daerah lumbo sakral.
ü  Hernia Spigelli, yaitu hernia yang terjadi pada linea semi sirkularis di atas penyilangga vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
ü  Hernia Ricther, yaitu dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
Beberapa hernia lainnya :
ü  Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
ü  Hernia skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secra lengkap.
ü  Hernia lsttre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

B.     ETIOLOGI
            Hernia Inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominus yang menutup annulus inguinalis internus. Ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi trigonum haselback yang umumnya hampir tidak berotot, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).

C.    PATOFISIOLOGI
            Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka akan menutup pada usia 2 bulan, bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel, kanalis terbuka terus karena prosesus tidak berobliterasi, maka akan timbul hernia inguanalis lateralis kongenital, pada orang tua. Kanalis telah tertutup, namun daerah ini merupakan locus minoris resistensi telah tertutup, maka keadaan ini menyebabkan tekanan intra abdomninal meninggi kanal itu dapat terbuka kembali, dan timbul hernia inguinalis laterlis akuista.
Keadaan ini yang menyebabkan tekanan abdominal naik atau meninggi adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, defikasi yang mengejan, miksi yang mengejan misalnya prostat hipertropi.

D.    MANIFESTASI KLINIK
Umunya penderita turun bero, burut atau kelingsir dan mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada waktu defikasi atau miksi, meningkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala mual dan muntah ada komplikasi.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSOTIK
1.      Laboratorium
2.      Rontsgen
3.      EKG
4.      USG
5.      Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak maka penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
6.      Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa. Caranya adalah dengan mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis interna. Pada keadaan normal, maka jari tangan tidak dapat masuk, maka penderita disuruh mengejan dan rasakan apakah ada massa yang menekan. Bila massa itu menekan ujung jari, maka itu adalah hernia inguinalis lateralis. Sedang bila menekan sisi jari, maka diagnosisnya adalah hernia ingunalis medialis.


F.     PENATALAKSANAAN
1)      Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi.
2)      Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali. Penderita istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
3)      Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan hernior (menjahit kantong hernia).
4)      Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat dan dilakukan “Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
5)      Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis “End to end”.
6)      Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.


BAB III
Asuhan Keperawatan

A.    TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PRA BEDAH
a)      Pengertian
Untuk memberikan tindakan keperawatan pada penderita dalam mempersiapkan sebelum pembedahan sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
b)      Tujuan
Untuk mempersiapkan diri penderita dalam menghadapi anestesi dan operasi baik mental maupun emosional.
Untuk memberikan gambaran kepada penderita maupun kepada keluarga tentang apa yang akan dilakukan terhadapnya sehingga rasa takut dan gelisah akan berkurang.
c)      Persiapan Penderita Secara Umum
Pemeriksaan Awal :
Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum
·         Tekanan darah
·         Nadi
·         Respirasi
·         Suhu
·         Pemeriksaan Diagnostik
·         Laboratorium
·         Rontsgen
·         EKG
·         USG

d)     Persiapan penderita satu hari sebelum operasi dilakukan :
Kunjungan oleh Dokter. Anastesi untuk menilai kembali terhadap penderita yang akan di operasi, sekaligus dapat merencanakan jenis dan obat anastesi yang akan digunakan.
ü  Mencukur bulu-rambut dibagian yang di operasi
ü  Minum obat cuci perut atau pencahar atau mendapat clysma sesuai dengan instruksi.
ü  Mandi atau diseka badan agar bersih
ü  Gunting kuku, jika memakai kutek atau lipstik agar dihapus
ü  Bila malam sukar tidur, berikan obat penenang sesuai dengan petunjuk dokter.
ü  Menjaga kebersihan rongga mulut bila akan diadakan anestesi saluran pernapasan.
ü  Makan atau minum perlu diatur sesuai dengan petunjuk dokter dimulai sehari sebelum operasi.
ü  Mempersiapkan darah apabila diperlukan
ü  Diharuskan puasa mulai malam hari sampai dengan waktu operasi.

Persiapan Segera Sebelum Operasi
Penyelesaian administrasi termasuk surat izin operasi
Persiapan cairan infus dan obat-obatan yang dibutuhkan.
Membawa penderita ke kamar bedah dan serah terima dengan perawat di kamar bedah.
Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan Pra Bedah atau Para Operasi

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan rasa nyaman cemas sehubungan dengan akan dilaksanakan tindakan pembedahan.
Ø  Berikan motivasi kepada klin



Ø  Anjurkan untuk tidak terlalu memikirkannya
Ø  Dengan memberikan motivasi kepada klien diharapkan klien ada kemauan untuk sembuh.
Ø  Dengan menganjurkan klien untuk tidak memikirkannya diharapkan klien dapat siap dengan menerima untuk dilaksanakan tindakan pembedahan.


B.     TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA INTRA BEDAH ATAU MASA BEDAH.
ü  Persiapan
ü  Persiapan Dikamar Bedah
ü  Mengecek pintu kembali keadaan umum penderita
ü  Tekanan darah
ü  Nadi
ü  Respirasi
ü  Suhu badan
ü  Cek Surat Izin Operasi
ü  Cek apakah penderita memakai gigi palsu/tidak, bila memakai harus dilepas, begitu juga perhiasan.
ü  Mengecek kuku, pakai kutek atau tidak, bila memakai harus dihapus begitu juga lipstik.
ü  Mengisi kartu operasi dan kartu anestesi
ü  Cek tentang hasil-hasil konsul, bila ada
ü  Memberikan premedikasi sesuai  dengan instruksi Dr. Anestesi
ü  Memasang infus.
ü  Cek kesiapan darah dan obat-obatan yang diperlukan.
ü  Baru penderita dibawa ke ruang operasi.

v  Perawatan Penderita Selama Pembedahan atau Intra Bedah
Awasi keadaan umum penderita
ü  Tensi darah
ü  Nadi
ü  Pernafasan
ü  Suhu badan
ü  Awasi efek samping dari anestesi
ü  Perhatikan tekhnik sepsis dan asepsis
ü  Awasi perdarahan yang terjadi
ü  Perhatikan infus penderita bila habis segera diganti
Rencana Asuhan Keperawatan Intra Bedah atau Selama Bedah

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Defisit cairan tubuh sehubungan dengan tindakan operasi.
Ø  Berikan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
Ø Dengan memberikan cairan infus defisit cairan tubuh dapat teratasi

C.    TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PASCA BEDAH / SETELAH BEDAH

PERAWATAN PASCA BEDAH.
Penderita dirawat di ruang pemulihan ( Recorvery Room )
Bila tidak ada Recorvery Room , penderita kirim keruang perawatan bedah siapkan O2 / oksigen
Sebelum penderita meninggalkan kamar bedah yang harus diperhatikan :
ü  Memeriksa keadaan umum penderita
ü  Tensi darah
ü  Nadi
ü  Pernafasan
ü  Suhu badan
ü  Perawat yang diberi tugas harus menanyakan kepada dokter yang melaksanakan operasi : Hal – halnya SBB
ü  Lukanya terbuka / tertutup
ü  obat – obatan yang di berikan
ü  Pemberian zat asam ( O2 )
ü  Yang harus diperhatikan setelah penderita berada di ruang perawatan .
ü  Perhatikan lokasi operasi perdarahan / tidak
ü  Diperhatikan keadaan umum penderita (T,N,P,S)
ü  Perhatikan lokasi operasi perdarahan / tidak
ü  Pemberian infus / transfusi darah
ü  Pengeluaran urine
ü  Perhatikan keluhan penderita antara lain :
ü  Rasa nyeri
ü  Batuk
ü  Susah nafas
ü  Awasi fungsi usus – flatus / belum

Rencana Asuhan Keperawatan Pasca Bedah/Post Bedah/Setelah Bedah
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Resiko terhadap fungsi pernapasan sehubungan dengan adanya nyeri.
Ø  Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol lima kali (5x) setiap hari.
Ø  Bantu untuk resposisi mengubah-ubah posisi tubuh.
Ø  Anjurkan untuk aktivitas secara bertahap.


Ø  Dengan memberi latihan napas dalam dan latihan batuk maka diharapkan rasa nyeri akan berkurang.



Ø  Dengan mengubah-ubah posisi (reposisi) tubuh klien dapat bernapas dengan nyaman.
Ø  Dengan menganjurkan aktivitas secara bertahap maka fungsi pernapasan akan meningkat, dispne pun akan menurun.

2.
Potensial perdarahan sehubungan dengan prosedur pembedahan.
Ø  Observasi tanda dan gejala vital dan perdarahan tiap satu jam.

Ø  Kompres daerah atau lokasi abdomen dengan es. (Kirbates).
Ø  Dengan mengobservasi tanda-tanda perdarahan dan tanda-tanda vital akan diketahui kondisi klien sedini mungkin.
Ø  Dengan kompres es/kirbates di daerah abdomen. Pembuluh-pembuluh darah akan terjadi vaso kontriksi dan perdarahan pun dapat berkurang dan teratasi.
3.
Nyeri sehubungan dengan inkontinuitas jaringan.
Ø  Lakukan tekhnik distraktasi (mual : menonton TV, membaca komik atau mendengarkan radio.
Ø  Berikan analgetik sesuai dengan advice dokter.

Ø  Dengan mengalihkan perhatian klien, maka rasa sakit dapat dilupakan untuk sementara.


Ø  Dengan memberikan obat analgentik untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit/nyeri.

1 komentar: