BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi dalam biologi
adalah proses mobilisasi energi
yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa
berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat
disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup
proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi
terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu
hingga satuan terkecil, sel.
Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen
sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi
yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET,
seperti molekul gula
atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan
bantuan enzim
dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm
(melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk
ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik
(memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa
terakhir ini.
Kelainan
dan gangguan pada sistem respirasi , dapat terjadi dan ditemukan pada
organ-organ penyusun sistem maupun proses pernapasannya. Beberapa kelainan dan
gangguan yang umum pada sistem respirasi, antara lain asma, asfiksi, dipteri,
emfisema, faringitis, kanker paru-paru, rhinitis dan efusi pleura.
Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi
(Smeltzer C Suzanne, 2002).
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan efusi pleura?
2.
Bagaimana
etiologi efusi pleura?
3.
Tanda dan gejala
efusi pleura?
4.
Bagaimana
patofisiologi efusi pleura?
5.
Bagaimana
pemeriksaan diagnostic pada efusi pleura?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:
1.
Apa yang
dimaksud dengan efusi pleura
2.
Bagaimana
etiologi efusi pleura
3.
Tanda dan gejala
efusi pleura
4.
Bagaimana
patofisiologi efusi pleura
5.
Bagaimana
pemeriksaan diagnostic pada efusi pleura
D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Sistematika
Penulisan
BAB
II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Efusi
Pleura
B.
Etiologi Efusi
Pleura
C.
Tanda dan Gejala
Efusi Pleura
D.
Patofisiologi
Efusi Pleura
E.
Pemeriksaan Diagnostic Pada Efusi Pleura
BAB
III ASKEP PADA PASIEN DENGAN GANNGUAN
EFUSI PLEURA
A.
Identitas KLien
B.
Riwayat
kesehatan
C.
Pemeriksaan
fisik
D. Analisis
Data
E.
Diagnose
keperawatan
F.
Proses
keperawatan
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah
penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit primer jarang terjadi
namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau
pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Efusi pleura adalah
istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C
Sylvia, 1995)
B. Etiologi Efusi Pleura
- Hambatan resorbsi cairan dari
rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis,
penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan
sindroma vena kava superior.
- Pembentukan cairan yang berlebihan,
karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba
subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan
berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura
dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler,
dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
*
Peningkatan
tekanan kapiler subpleura atau limfatik
*
Penurunan
tekanan osmotic koloid darah
*
Peningkatan
tekanan negative intrapleura
*
Adanya inflamasi
atau neoplastik pleura
C. Tanda dan Gejala Efusi Pleura
*
Adanya timbunan
cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
*
Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
*
Deviasi trachea
menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura
yang signifikan.
*
Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
*
Didapati
segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
*
Pada permulaan
dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. Patofisiologi Efusi Pleura
Didalam rongga pleura
terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan
pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler
pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di
rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi,
perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal
jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah.
E. Pemeriksaan Diagnostik Pada Efusi Pleura
*
Pemeriksaan
radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
*
Ultrasonografi
*
Torakosentesis /
pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi,
berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior,
pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
*
Cairan pleura
dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC),
hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat
dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan
pH.
*
Biopsi pleura
mungkin juga dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ; 1995
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995
Engram, Barbara, Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
1999
Gibson, John, MD, Anatomi
Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995
Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999
Susan Martin
Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998
BAB
III
AUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
EFUSI PLEURA
A. Identitas KLien
Nama :
Tn. SJ
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin :
laki- laki
Agama : islam
Alamat
: kp.
Ciruluk RT/RW 01/05 Des. Kandang Mukti kec. Leles,Garut.
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : kuli
Tanggal masuk : rabu
19 oktober 2011 jam 16.00
Tanggal pengkajian: 20 Oktober 2011 jam 11.00
No CM : 01441974
Penanggung jawab
Nama : Tn Ade
Usia : 57 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat :
kp. Ciruluk RT/RW 01/05 Des. Kandang
Mukti kec. Leles,Garut.
Pendidikan : SD
Pekerjaan : wiraswasta
B.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
Klien
mengeluh sesak napas.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dating dengan
keluhan sesak napas dan batuk sejak kurang leih 1minggu sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan disertai dengan nyeri dada sebelah kiri dan nyeri pada leher
sebelah kiri
c.
Riwayat
kesehatan dahulu
Menurut penuturan ayah
klien, pada usia 13 th klien pernah menderita penyakit bronchitis dan typus.
d.
Riwayat penyakit
keluarga
Menurut penuturan keluarga
klien, di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit Efusi Pleura.
C.
Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan
umum : compos metis
b. Tanda-tanda
vital
TD : 140/70 mmhg
Nadi : 120 x / menit
Respirasi
: 40 kali /menit
Suhu
: 38o C
c. Pemeriksaan
fisik persistem
1.
Sistem respirasi

Hidung simestris dengan
bentuk wajah :
Simetris
Deformitas :
Tidak terjadi
Pernapasan cuping
hidung :
Tidak ada
Warna mukosa : Baik
Kebersihan :
Baik
Perdarahan pada hidung :
Tidak ada perdarahan
Fungsi pencium : Baik

Bentuk Dada :
Barrel Chest
Pola Perafasan Bagian
Kiri :
Takipnea
Pola Pernapasan Paru
Kanan :
Resonan
Bunyi Paru :
Tracheal
Bunyi Paru Kiri :
Flatness
Bunyi Paru Kanan :
Tympani
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rotgen
Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin : 15,6 g/dl
Hematokrit : 44 mmHg
Leokosit : 14,100 mmHg
Trombosit : 559,000 mmHg
Eritrosit : 5,59 mmHg
D. Analisa Data
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
Ds: klien mengeluh sesak napas
Do:
TD :140/70
mmhg
Nadi :
120 x / menit
Respirasi : 40 kali /menit
|
Adanya penumpukan cairan pada rongga
pleura sehingga menghambat perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan
sesak napas.
|
Gangguan jalan napas.
|
2
|
Ds : klien mengeluh nyeri pada bagian ketiak hingga leher
Do : klien meringis saat perawat
melakukan palpasi pada leher dan aksila klien.
|
Adanya perluasan dan penekanan dari
cairan yang menumpuk pada rongga pleura ke bagian aksila dan leher, sehingga
mengakibatkan rasa nyeri pada aksila dan leher.
|
Gangguan rasa nyeri.
|
3
|
Ds : Ayah klien mengatakan, klien
tidak dapat tidur.
Do : kantung mata klien terlihat
kehitaman.
|
Suhu tubuh klien panas 38oC,
pasien sesak napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur.
|
Gangguan pola istirahat dan tidur.
|
4
|
Ds : Ayah klien mengatakan, klien
hanya makan satu sendok bubur saat makan.
Do : porsi makan tidak habis.
|
![]() ![]() ![]() |
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
|
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ganguan
jalan napas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga
menghambat perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan sesak napas yang ditandai dengan :
DS
: Klien Mengeluh Sesak
Napas
DO : TD : 140/70 mmhg
Nadi : 120 x / menit
Respirasi : 40 kali /menit
2. Gangguan rasa nyeri
sehubungan dengan adanya perluasan dan penekanan dari cairan yang menumpuk pada
rongga pleura ke bagian aksila dan leher, sehingga mengakibatkan rasa nyeri
pada aksila dan leher yang ditandai dengan :
DS :
Klien
mengeluh nyeri pada bagian ketiak hingga
leher.
DO :
Klien meringis saat perawat melakukan palpasi.
3. Gangguan
pola istirahat dan tidur
sehubungan dengan adanya suhu tubuh klien panas, pasien sesak
napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur ditandai dengan :
DS :
Ayah klien mengatakan, klien tidak dapat tidur.
DO :
Kantung mata klien terlihat kehitaman.
4. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
sehubungan dengan adanya anoreksia HCl lambung menigkat, adanya mual, nafsu makan berkurang ditandai dengan :
DS :
Ayah klien mengatakan, klien hanya makan satu sendok bubur.
DO : Porsi makan tidak habis.
F.
PROSES KEPERAWATAN
Nama :
Tn. SJ
Umur :
15 tahun
Jenis kelamin :
Laki – laki
No.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Ganguan
jalan napas
sehubungan dengan adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menghambat
perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan sesak napas yang ditandai dengan :
DS :Klien
Mengeluh Sesak Napas
DO :
TD: 140/70 mmhg
Nadi: 120 x / menit
Respirasi : 40 kali /menit
|
Ganguan jalan napas dapat teratasi secepatnya.
|
Auskultrasi,perkusi, dan palpasi jalan napas dan
paru, catat adanya suara nafas.
Contoh : takipne
Pantau
frekuensi pernapasan,catat rasio ekspirasi dan inspirasi.
Posisikan
pasien dengan nyaman.
|
Untuk
mengetahui apakah ada masa atau cairan dalam paru atau tidak.
Agar
mengetahui ekpirasi dan insprasi pasien normal atau tidak.
Pemposisian
dapat memudahkan fungsi pernapasan.
|
|
|
2.
|
Gangguan rasa nyeri sehubungan dengan adanya perluasan
dan penekanan dari cairan yang menumpuk pada rongga pleura ke bagian aksila
dan leher, sehingga mengakibatkan rasa nyeri pada aksila dan leher yang
ditandai dengan :
DS: Klien
mengeluh nyeri pada bagian ketiak
hingga leher.
DO:
Klien meringis saat perawat melakukan palpasi.
|
Gangguan rasa nyeri dapat segera teratasi.
|
Posisikan
pasien dengan nyaman, miringkan ke daerah yang ada efusi nya.
Kompres
dengan air hangat daerah yang sakit.
|
Untuk
mengurangi rasa sakit dan mengurangi sesak napas.
Mengurangi
rasa sakit yang dirasakan.
|
|
|
3.
|
Gangguan
pola istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya suhu tubuh klien
panas, pasien sesak napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur ditandai dengan :
DS:
Ayah klien mengatakan, klien tidak dapat tidur.
DO: Kantung
mata klien terlihat kehitaman.
|
Ganguan istirahat dan tidur dapat terasi secepatnya.
|
Catat
apakah ada kantung mata atau tidak.
Catat
tanda2 vital pasien.
Kaji
pola pernapasan dan batuk pasien.
|
Agar
mengetahui keadaan umum pasien.
Untuk
mengetahui penyebab kurang istirahat dan tidur.
Mengurangi
ganguan istirahat.
|
|
|
4.
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya anoreksia HCl lambung menigkat, adanya mual, nafsu makan berkurang ditandai dengan :
DS:
Ayah klien mengatakan, klien hanya makan satu sendok bubur.
DO: Porsi
makan tidak habis
|
Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat segera
teratasi secepatnya.
|
Catat
setatus nutrisi pada pasien pada penerimaan.
Catat
turgor kulit, dan berat badan pasien.
|
Berguna
dalam mendefinisikan masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
|
|
|