Kamis, 29 Maret 2012

efusi pleura


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Kelainan dan gangguan pada sistem respirasi , dapat terjadi dan ditemukan pada organ-organ penyusun sistem maupun proses pernapasannya. Beberapa kelainan dan gangguan yang umum pada sistem respirasi, antara lain asma, asfiksi, dipteri, emfisema, faringitis, kanker paru-paru, rhinitis dan efusi pleura.
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan efusi pleura?
2.      Bagaimana etiologi efusi pleura?
3.      Tanda dan gejala efusi pleura?
4.      Bagaimana patofisiologi efusi pleura?
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada efusi pleura?

C.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:
1.      Apa yang dimaksud dengan efusi pleura
2.      Bagaimana etiologi efusi pleura
3.      Tanda dan gejala efusi pleura
4.      Bagaimana patofisiologi efusi pleura
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada efusi pleura

D.    Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian Efusi Pleura
B.     Etiologi Efusi Pleura
C.     Tanda dan Gejala Efusi Pleura
D.    Patofisiologi Efusi Pleura
E.      Pemeriksaan Diagnostic Pada Efusi Pleura


BAB III ASKEP  PADA PASIEN DENGAN GANNGUAN EFUSI PLEURA
A.    Identitas KLien
B.     Riwayat kesehatan
C.     Pemeriksaan fisik
D.    Analisis Data
E.     Diagnose keperawatan
F.      Proses keperawatan


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B.     Etiologi Efusi Pleura
  1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
  2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
*        Peningkatan tekanan kapiler subpleura atau limfatik
*        Penurunan tekanan osmotic koloid darah
*        Peningkatan tekanan negative intrapleura
*        Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

C.    Tanda dan Gejala Efusi Pleura
*        Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
*        Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
*        Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan.
*        Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
*        Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
*        Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D.    Patofisiologi Efusi Pleura
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E.     Pemeriksaan Diagnostik Pada Efusi Pleura
*        Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
*        Ultrasonografi
*        Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
*        Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
*        Biopsi pleura mungkin juga dilakukan


DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University   Press, Surabaya ; 1995

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,  Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2,     Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995

Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999

Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ;  1995

Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998
BAB III
AUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
EFUSI PLEURA

A.    Identitas KLien
Nama                     : Tn. SJ
Usia                       : 15 tahun
Jenis Kelamin        :  laki- laki
Agama                   :  islam
Alamat                  :  kp. Ciruluk RT/RW 01/05 Des. Kandang Mukti kec. Leles,Garut.
Suku bangsa          :  Sunda
Pendidikan            :  SMP
Pekerjaan               :  kuli
Tanggal masuk      :  rabu 19 oktober 2011 jam 16.00
Tanggal pengkajian:  20 Oktober 2011 jam 11.00
No CM                  :  01441974

Penanggung jawab
Nama                     :  Tn Ade
Usia                       :  57 tahun
Jenis kelamin         :  laki-laki
Agama                   :  islam
Alamat                  :  kp. Ciruluk RT/RW 01/05 Des. Kandang Mukti kec. Leles,Garut.
Pendidikan            :  SD
Pekerjaan               :  wiraswasta


B.     Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Klien mengeluh sesak napas.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dating dengan keluhan sesak napas dan batuk sejak kurang leih 1minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan nyeri dada sebelah kiri dan nyeri pada leher sebelah kiri
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan ayah klien, pada usia 13 th klien pernah menderita penyakit bronchitis dan typus.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Menurut penuturan keluarga klien, di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit Efusi Pleura.
C.    Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum : compos metis
b.      Tanda-tanda vital
TD                   : 140/70 mmhg
Nadi                : 120 x / menit
Respirasi          : 40 kali /menit
Suhu                : 38o C

c.       Pemeriksaan fisik persistem
1.      Sistem respirasi
*     Hidung diperiksa secara inspeksi dan palpasi.
Hidung simestris dengan bentuk wajah                : Simetris
Deformitas                                                                        : Tidak terjadi
Pernapasan cuping hidung                                    : Tidak ada
Warna mukosa                                                      : Baik
Kebersihan                                                            : Baik
Perdarahan pada hidung                                       : Tidak ada perdarahan
Fungsi pencium                                                     : Baik


*     Dada diperiksa secara inspeksi, palpasi, auskultrasi, dan perkusi.
Bentuk Dada                                                         : Barrel Chest
Pola Perafasan Bagian Kiri                                   : Takipnea
Pola Pernapasan Paru Kanan                                : Resonan
Bunyi Paru                                                            : Tracheal
Bunyi Paru Kiri                                                     : Flatness
Bunyi Paru Kanan                                                 : Tympani

d.       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rotgen
Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin   : 15,6 g/dl
Hematokrit    : 44 mmHg
Leokosit         : 14,100 mmHg
Trombosit      : 559,000 mmHg
Eritrosit          : 5,59 mmHg


D.    Analisa Data
No
Symptom
Etiologi
Masalah
1.
Ds: klien mengeluh sesak napas
Do:
TD           :140/70 mmhg
Nadi         : 120 x / menit
Respirasi  : 40 kali /menit
Adanya penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menghambat perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan sesak napas.
Gangguan jalan napas.
2
Ds : klien mengeluh nyeri pada  bagian ketiak hingga leher
Do : klien meringis saat perawat melakukan palpasi pada leher dan aksila klien. 
Adanya perluasan dan penekanan dari cairan yang menumpuk pada rongga pleura ke bagian aksila dan leher, sehingga mengakibatkan rasa nyeri pada aksila dan leher.
Gangguan rasa nyeri.
3
Ds : Ayah klien mengatakan, klien tidak dapat tidur.
Do : kantung mata klien terlihat kehitaman.

Suhu tubuh klien panas 38oC, pasien sesak napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur.
Gangguan pola istirahat dan tidur.
4
Ds : Ayah klien mengatakan, klien hanya makan satu sendok bubur saat makan.
Do : porsi makan tidak habis.
anoreksia       HCl lambung menigkat  adnya mual      nafsu makan berkurang.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.


E.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ganguan jalan napas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menghambat perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan sesak napas yang ditandai dengan :
DS                   :  Klien Mengeluh Sesak Napas
DO                  :  TD                : 140/70 mmhg
   Nadi             : 120 x / menit
   Respirasi       : 40 kali /menit
2.      Gangguan rasa nyeri sehubungan dengan adanya perluasan dan penekanan dari cairan yang menumpuk pada rongga pleura ke bagian aksila dan leher, sehingga mengakibatkan rasa nyeri pada aksila dan leher yang ditandai dengan :
DS                   : Klien mengeluh nyeri pada  bagian ketiak hingga leher.
DO                  : Klien meringis saat perawat melakukan palpasi.
3.      Gangguan pola istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya suhu tubuh klien panas, pasien sesak napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur ditandai dengan :
DS                   : Ayah klien mengatakan, klien tidak dapat tidur.
DO                  : Kantung mata klien terlihat kehitaman.
4.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya anoreksia HCl lambung menigkat, adanya mual, nafsu makan berkurang ditandai dengan :
DS                   : Ayah klien mengatakan, klien hanya makan satu sendok bubur.
DO                  : Porsi makan tidak habis.

F.     PROSES KEPERAWATAN
Nama                    : Tn. SJ
Umur                    : 15 tahun
Jenis kelamin       : Laki – laki
No.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
Ganguan jalan napas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menghambat perkembangan paru secara optimal dan mengakibatkan sesak napas yang ditandai dengan :
DS  :Klien Mengeluh Sesak Napas
DO : 
TD: 140/70 mmhg
Nadi: 120 x / menit
Respirasi : 40 kali /menit
Ganguan jalan napas dapat teratasi secepatnya.
Auskultrasi,perkusi, dan palpasi  jalan napas dan paru, catat adanya suara nafas.
Contoh : takipne

Pantau frekuensi pernapasan,catat rasio ekspirasi dan inspirasi.

Posisikan pasien dengan nyaman.


Untuk mengetahui apakah ada masa atau cairan dalam paru atau tidak.



Agar mengetahui ekpirasi dan insprasi pasien normal atau tidak.

Pemposisian dapat memudahkan fungsi pernapasan.





2.
Gangguan rasa nyeri sehubungan dengan adanya perluasan dan penekanan dari cairan yang menumpuk pada rongga pleura ke bagian aksila dan leher, sehingga mengakibatkan rasa nyeri pada aksila dan leher yang ditandai dengan :
DS: Klien mengeluh nyeri pada  bagian ketiak hingga leher.
DO: Klien meringis saat perawat melakukan palpasi.
Gangguan rasa nyeri dapat segera teratasi.
Posisikan pasien dengan nyaman, miringkan ke daerah yang ada efusi nya.

Kompres dengan air hangat daerah yang sakit.

Untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi sesak napas.


Mengurangi rasa sakit yang dirasakan.





3.
Gangguan pola istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya suhu tubuh klien panas, pasien sesak napas, dan batuk sehingga tidak dapat tidur ditandai dengan :
DS: Ayah klien mengatakan, klien tidak dapat tidur.
DO: Kantung mata klien terlihat kehitaman.
Ganguan istirahat dan tidur dapat terasi secepatnya.
Catat apakah ada kantung mata atau tidak.

Catat tanda2 vital pasien.




Kaji pola pernapasan dan batuk pasien.
Agar mengetahui keadaan umum pasien.

Untuk mengetahui penyebab kurang istirahat dan tidur.




Mengurangi ganguan istirahat.



4.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya anoreksia HCl lambung menigkat, adanya mual, nafsu makan berkurang ditandai dengan :
DS: Ayah klien mengatakan, klien hanya makan satu sendok bubur.
DO: Porsi makan tidak habis
Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat segera teratasi secepatnya.
Catat setatus nutrisi pada pasien pada penerimaan.
Catat turgor kulit, dan berat badan pasien.
Berguna dalam mendefinisikan masalah dan pilihan intervensi yang tepat.