Kamis, 05 April 2012

KOLESTEATOMA


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
kolesteatom adalah kista epitelial berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal dari kanalis auditoris externus atau membrana timpani. Apabila terbentuk terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga menyebabkan kolesteatom bertambah besar.bersifat desktruksif pada kranium yang dapat mengerosi dan menghancurkan struktur penting pada tulang temporal.
B.     ETIOLOGI
Kolesteatoma biasanya terjadi karena tuba eustachian yang tidak berfungsi dengan baik karena terdapatnya infeksi pada telinga tengah. Tuba eustachian membawa udara dari nasofaring ke telinga tengah untuk menyamakan tekanan telinga tengah dengan udara luar. Normalnya tuba ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika menelan atau menguap, otot yang mengelilingi tuba tersebut kontraksi sehingga menyebabkan tuba tersebut membuka dan udara masuk ke telinga tengah. Saat tuba eustachian tidak berfungsi dengan baik udara pada telinga tengah diserap oleh tubuh dan menyebabkan di telinga tengah sebagian terjadi hampa udara. Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus membentuk kantong retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui kantong yang mengalami retraksi ini sehingga terjadi akumulasi keratin.




C.     PATOFISIOLOGI
Terdiri dari :
·         Deskuamasi epitel skuamosa (keratin)
Jaringan granulasi yang mensekresi enzim proteolitik
·         Dapat memperluas diri dengan mengorbankan struktur disekelilingnya
·         Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama :
Efek tekanan à remodelling tulang
Aktivitas enzim à meningkatkan proses osteoklastik pada tulang à meningkatkan resorpsi tulang.
·         Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman à infeksi
·         Infeksià pelepasan sitokin yang menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma menjadi hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis.
·         Desakan massa + reaksi asam oleh pembusukan bakteri à nekrosis tulang à komplikasi
D.    PATOGENESIS
1.      Teori Invaginasi.
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana timpani pars flacida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba.
2.      Teori Imigrasi.
terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting dalam akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan perluasan kulit ke dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
3.      Teori Metaplasi.
akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama.

4.      Teori Implantasi.
akibat adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah waktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling sering adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat apabila sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang.
Erosi tulang melalui dua mekanisme.
1.      desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang atau nekrosis tulang.
2.      aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersifat osteoklastik yang menyebabkan resorpsi tulang.

E.     KLASIFIKASI
a.       Kolesteatom Kongenital.
membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. ditemukan pada daerah petrosus mastoid, cerebellopontin angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.
b.      Kolesteatoma Akuisital
1.      Primer
terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani, akan tetapi telah terjadi retraksi membran timpani.
2.      Kolestetoma Akuisital Sekunder
terbentuk setelah perforasi membran timpani. Terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga /dari pinggir perforasi membrana timpani.
F.      GEJALA KLINIS
Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga) keluar nanah berbau busuk dari telinga tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol (polip), yang berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar.
-          Pendengaran berkurang
-          Perasaan cemas
-          Pusing
Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah 1 sisi wajah atau sisi telinga yang terinfeksi.
G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
*      Rontgen konvensional posisi Waters dan Stenvers
*      CT scan
*      MRI


ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas
ü  Gangguan keseimbangan tubuh
ü  Mudah lelah
2.      Sirkulasi
ü  Hipotensi, hipertensi, pucat ( menendakan adanya stres )
3.      Nutrisi
ü  Adanya mual
4.      System pendengaran
ü  Adanya suara abnormal (dengung)
5.      Pola istirahat
ü  Gangguan tidur/kesulitan tidur

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
2.      Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan infeksi pada gendang telinga.
3.      Resiko kerusakan interaksi sosial berhubungan denagan hambaatan komunikasi.
4.      Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.




C.     PERENCANAAN
1.      Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
Tujuan :
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1X24 jam diharapkan klien dapat istirahat dan tidur.
Kriteria hasil :
ü  Ganguan nyeri teradaptasi
ü  Dapat tidur dengan tenang
Intervensi :
ü  Kaji nyeri yang dirasakan
ü  Monitor tanda-tanda vital
ü  Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan yang dirasakan
ü  Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/obat tidur
2.      Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan infeksi pada gendang telinga.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri.
Kriteria hasil :
ü  Nyeri dapat teradaptasi
ü  Dapat istirahat dengan nyaman
Intervensi :
ü  Monitor dan kaji karakteristik nyeri
ü  Monitor tanda-tanda vital
ü  Ciptaka lingkungan yang tenang dan nyaman

3.      Resiko kerusakan interaksi sosial berhubungan denagan hambaatan komunikasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindkan keperawatan diharapkan meminimalakan kerusakan interaksi social.
Kriteria hasil :
ü  Resiko kerusakan  interaksi sosialdapat diminimalkan.
Intervensi :
ü  Kaji kesulitan mendengar
ü  Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami
ü  Anjurkan menggunakan alat bantu dengar setiap diperlukan
ü  Bila mungkin ajarkan komunikasi nonverbal
4.      Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan :
Setelah dilakauakan tindakan keperawatan klien dan keluarga klien tidak cemas.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap penyakitnya meningkat.
Intervensi :
ü  Kaji tingkat kecemasan
ü  Berikan penyuluhan tentang kolesteatoma
ü  Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
ü  Anjurkan klien untuk rileks, dan menghindari stress.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar