Kanker
Hati
Karsinoma
hepatoseluler
1.
Pengertian
Kanker hati adalah penyakit kronis pada
hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur
hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. ( Gips &
Willson :1989 )
Kanker hati adalah penyakit gangguan
pada hati yang disebabkan karna hepatis kronik dalam jangka panjang yang
menyebabkan gangguan pada fungsi hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )
Kanker hati berasal dari satu sel yang
mengalami perubahan mekanisme kontrol dalam sel yang mengakibatkan pembelahan
sel yang tidak terkontrol. Sel abnormal tersebut akan membentuk jutaan kopi,
yang disebut klon. Mereka tidak dapat melakukan fungsi normal sel hati dan sel
terus menerus memperbanyak diri. Sel-sel tidak normal ini akan membentuk tumor
(Anonim, 2004).
2.
Etiologi
Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi hepatis B
kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama. ( ghofar, Abdul : 2009 )
Penyebab kanker hepar secara umum
adalah infeksi virus hepatitis B dan C, cemaran aflatoksin B1, sirosis hati,
infeksi parasit, alkohol serta faktor keturunan. (Fong, 2002).
Infeksi virus hepatitis B dan C
merupakan penyebab kanker hepar yang utama didunia, terutama pasien dengan
antigenemia dan juga mempunyai penyakit kronik hepatitis. Pasien laki-laki
dengan umur lebih dari 50 tahun yang menderita penyakit hepatitis B dan C
mempunyai kemungkinan besar terkena kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor
dkk., 1998).
Orang yang didiagnosis menderita kanker
hati berusia diatas enam puluh tahun. Dari sebuah survei di Kanada,setiap tahun
sekitar 1800 orang didiagnosis menderita kanker hati, dan separuh lebih adalah
lelaki.
Faktor – faktor yang dapat merusak hati
dan penyebab kanker hati :
1.
Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang
2.
Tidak buang air di pagi hari
3.
Pola makan yang terlalu berlebihan
4.
Tidak makan pagi
5.
Terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan
6.
Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna,
pemanis buatan.
7.
Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan
minyak goreng saat menggoreng makanan. Jangan mengkonsumsi makanan yang di
goreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang
fit.
8.
Mengkonsumsi makanan mentah ( sangat matang ) juga menambah beban hati.
Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.
9.
Alkohol
10. Keturunan
11. Hepatis B, C
3.
Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan
pada sel – sel parenkim hati yang biasa secara langsung disebabkan oleh primer
penyakit hati atau secara tidak langsung oleh obstruksi aliran empedu atau
gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati
akan bereaksi tehadap unsur – unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen
dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau
kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang
dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses
perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel –sel hati. Sehingga terjadi
pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.
4.
Pathway

5.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari Carcinoma
Hepatoseluler berupa tanda dan gejala yang meliputi : Kulit menjadi berwarna
kuning, Deman, Menggigil, Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri pada
perut, Kehilangan nafsu makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada
punggung dan bahu, Urin yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian dalam
tubuh.
6.
Penatalaksanaan
A. Non Bedah .
1.
Terapi Radiasi
Tujuan :
Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala anoreksia, panas dan
kelemahan.
Pelaksanaan metode
radiasi meliputi :
·
Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif secara intravena
yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
·
Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi radiasi
interstisil.
2. Kemoterapi
Tujuan :
Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan
hidupnya.
Bentuk terapi ini
juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah dilakukan reseksi tumor hati.
Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan dua metode yang
digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer
dan metastasis hati.
Untuk memberikan
kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam hati melalui arteri hepatika
dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini menghasilkan pemberian obat
dengan cara infus yang kontinyu, dapat di andalkan dan terkontrol yang dapat
dilaksanakan sendiri dirumah.
3. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan
di rumah
Tujuan :
·
Membantu pasien dan kulurganya untuk mengatasi gejala yang dapat terjadi
serta prognosis penyakit tersebut
·
Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi penanganan rasa
nyeri serta pendekatan terhadap penanganan masalah yang dapat terjadi.
Kepada pasien dan
keluarganya diberitahukan tentang strategi penatalaksanaan dan peranan mereka
dalam kemoterapi. Mereka diminta untuk mengkaji sendiri dan melaporkan
komlikasi serta efek samping kemoterapi yang akan digunakan. Oleh karena itu,
mereka harus mendapatkan informasi yang benar tentang kerja kemoterapi dan efek
yang di kehendaki serta yang tidak di kehendaki. Perawat harus menekankan
pentingnya kunjungan tindak lanjut untuk memungkinkan pengkajian yang sering
terhadap respon pasien dan tumor yang diderita setelah dilakukan kemoterapi,
kondisi tempat pompa di pasang dan terjadinya efek yang bersifat toksik. Pasien
didorong untuk melanjutkan kembali semua aktivitas rutinya untuk menghindari
aktivitas yang dapat merusak pompa tersebut.
4. Drainase Bilier Perkutan
Digunakan untuk
melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau
saluran empedu pada pasien tumor yang dianggap beresiko. Dengan bantuan
fluroskopi, sebuah kateter dimasukan melalui dinding abdomen dengan melewati
lokasi obstruksi kedalam deudenum. Sebagai hasil prosedur ini pasiem merasa
lebih nyaman, dan kualitas hidup hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat.
Selama beberapa hari setelah dipasang kateter tersebut dibuka untuk drainase
eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar di observasi dengan ketat untuk
mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta debris.
B. Penatalaksanaan
Pembedahan
Lobektomi hepatik
dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah setempet atau jika tempat
primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis dapt di batasi. Dengan
kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-sel hepar, 90% hepar telahg dapat
diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis menyebabkan keterbatasan kemampuan
hepar untuk beregenerasi.
7.
Pengkajian
A. Identitas
1.
Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
2.
Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada
perumpuan.
3.
Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
B. Riwayat
kesehatan
1.
Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
2.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa dan
bagaimana pengobatanya.
3.
Riwayat penyakit sekarang
C.
Data fokus terkait perubahan pola fungsi
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada
kerusakan atau gangguan hati menurut doengoes, 1999 adalah :
·
Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise
·
Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
·
Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah liat.
·
Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan
muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
·
Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
·
Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan
atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
·
Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran nodus
servikal posteior
·
Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.
D. Pemeriksaan
fisik
Menurut Doengoes,
1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
1.
Tanda – tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadi brakikardial, suhu
meningkat, pernafasan meningkat.
2.
Mata
: Skera ikterik
3.
Mulut
:
Mukosa kering, bibir pucat.
4.
Abdomen
: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran hati, asites,
permukaan teraba ireguler.
5.
Kulit
:Gatal – gatal ( pruritus )
6.
Ekstremitas
: Mengalami kelemahan, peningkatan edema.
E. Pemeriksaan penunjang
HASIL :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg
positf dalam serum, Kalium, Kalsium.≥ Darah lengkap ; SGOT, SGPT, LDH, CPK,
Alkali Fostatase.
·
AST / SGOT meningkat Nn ( 10 - 40 unit (4,8 -19 U/L)
·
ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 – 35 unit (2,4 – 17 U/L)
·
LDH meningkat Nn (165 – 400 unit (80 – 192 U/L)
·
Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 – 90 IU/L)
·
Albumin menurun Nn ( 3,5 – 5,5 g/dl (35-55 g/L)
·
Globulin meningkat Nn ( 1,5 – 3,0 g/dl (15-30g/L)
2. Pemeriksaan radiologi
·
Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
·
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan
ukuran hati.
·
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
·
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan
dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
·
Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
·
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.
8. Diagnosa keperawatan
1.
Toleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, letargi danmalaise (tidak
enak badan).
2. Perubahan
nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen, perasaan tidak enak pada perut
serta anoreksia
3.
Nyeri berhubungan dengan hepatomegali
Fokus Intervensi dan Rasional
Diagnosa
: I
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
INTERVENSI
1.
Kaji tingkat toleransi aktivitas dan derajat kelelahan, letargi dan
malaise.
2.
Bantu dalam pelaksanaan aktivitas dan kebersihan diri bila pasien masih merasa lelah
3.
Anjurkan pasien istirahat bila pasien merasa lelah atau bila terdapat
keluhan nyeri atau rasa tidak enak pada perut.
4.
Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan.
RASIONAL
1.
Menyediakan dasar bagi pengkajian dan kriteria selanjutnya untuk mengkaji
efektifitas tindakan
2.
Meningkatkan sebagian latihan dan kebersihan diri dalam tingkat toleransi
pasien.
3.
Menyimpan tenaga dan melindungi hati.
4.
Merangsang minat pasien dalam menyeleksi aktivitas
Diagnosa
: II.
Tujuan :
Perbaikan status nutrisi
INTERVENSI
1.
Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diare,
pengukuran berat badan setiap hari, pemeriksaan laboratorium dan antropometrik.
2.
Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten dengan
fungsi hati.
3.
Bantu pasien dalam mengenali jenis – jenis makanan rendah natrium.
4.
Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan.
5.
Pelihara higine oral sebelum makan dan memberikan suasana yang menyenangkan
pada waktu makan.
RASIONAL
1. Mengidentifikasi
defist dalam asupan nutrisi dan kecukupan status nutrisi.
2. Memberikan kalori
untuk energi, mempertahankan protein untuk kesembuhan.
3. Mengurangi edema
dan pembentukan asites.
4. Mengurangi rasa
tidak enak akibat distensi abdomen dan mengurangi perasaan penuh karena tekanan
isi perut serta asites pada lambung
5. Meningkatkan
suasana lingkungan yang positif dan meningkatkan selera makan.
Diagnosa
: III
Tujuan :
·
Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
·
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan
pengaruh minimal pada AKS
INTERVENSI
:
1.
Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas
(0-10) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk
tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2.
Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3.
Kaji tingkat nyeri / kontrol nilai
RASIONAL :
1.
Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
2.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3.
Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
Daftar Pustaka
Gips,CH & CH Wilson 1989. Diagnosis
dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu. Jakarta: Gramedia.
Ghofar,Abdul. 2009. Cara Mudah
Mengenal dan Mengobati Kanker. Yogyakarta: Flamingo.
http://lulu-pramono.blogspot.com/2009/06/askep-kanker-hati.html
http://lulu-pramono.blogspot.com/2009/06/askep-kanker-hati.html
http://www.oncolink.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar