BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pengkajian
fungsi sistem pencernaan (gastrointestinal) bertitik tolak pada proses –proses
dalam pencernaan seperti ingesti, digesti, absorpsi, eliminasi. Selain itu
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi fungsi sistem pencernaan seperti
kondisi-kondisi yang mempermudah timbulnya gangguan.
Pengkajian
fungsi sistem pencernaan dapat dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik
seperti inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
UMUM
1. Data Demografi
Meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan
data identitas klien lainnya yang dibutuhkan. Data ini tidak hanya dikumpulkan
melainka perawat harus dapat menganalisa potensi apa yang mungkin terjadi dari
data demografi terhadap gangguan pencernaan.
2. Keluhan Utama Atau Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama akan menentukan prioritas
intervensi dan mengkaji pengetahuan klien kondisinya saat ini.
3. Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat
kesehatan sekarang : merupakan pengaturan yang berfokus pada apa yang paling
dirasakan dan mengganggu klien.
b)
Riwayat
kesehatan lalu :
(khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
Ø Prenatal Care
·
Pemeriksaan
kehamilan : sering atau tidaknya pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu
selama mengandung.
·
Keluhan selama
hamil : hal-hal yang dirasakan oleh ibu atau yang terjadi pada ibu selama
mengandung seperti perdarahan, infeksi, ngidam, muntah-muntah, demam, perawatan
selama hamil.
·
Riwayat : selama
mengandung ibu sedang melaksanaka terapi obat atau tidak.
·
Kenaikan BB ibu
selama hamil.
·
Imunisasi TT
yang dilakukan oleh ibu.
·
Golongan darah
ibu dan ayah klien.
Ø Natal
·
Tempat ibu
ketika melahirkan.
·
Lama persalinan
dan jenis persalinan
·
Penolong
persalinan : bidan , dokter atau dukun beranak.
·
Cara untuk
memudahkan persalinan: drips, atau obat perangsang.
·
Komplikasi
waktu lahir : terjadi robek perineum atau infeksi nifas.
Ø Post Natal
·
Kondisi bayi :
BB bayi ketika lahir, PB bayi.
·
Apakah anak
mengalami penyakit kuning, kebiruan, BB tidak stabil, problem menyusui.
(untuk semua
usia)
Ø
Penyakit yang
pernah dialami oleh anak.
Ø
Kecelakaan yang
pernah dialami oleh anak.
Ø
Konsumsi
obat-obatan bebas.
Ø
Perkembangan
anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
c)
Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
penyakit atau gangguan yang bersifat herediter dan yang dapat berpindah
(menular).
4. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang pernah diberikan pada
anak, nama imunisasi yang diberikan, jumlah dosis, usia saat diberikan dan
kekamuhan reaksi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Berat badan pada saat kahir, pada usia 6 bulan, 1 tahun,
dan saat ini.
b) Gigi geligi ( usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah,
masalah dengan gigi)
c) Usia ketika duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata
pertama.
d) Tingkatan sekolah saat ini dan prestasinya di sekolah.
6. Riwayat Nutrisi
a) Pemberian ASI
·
Pertama kali
anak disusui.
·
Cara pemberian
ASI, apakah ketika setiap kali anak menangis atau terjadwal.
·
Lama pemberian
ASI.
b) Pemberian susu formula
·
Alasan
diberikannya susu formula.
·
Jumlah
pemberian.
·
Cara pemberian
:dengan dot atau sendok.
c) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi
saat ini.
7. Riwayat Psikososial
a) Dimana tempat anak tinggal :apartemen, rumah sendiri,
kontrakan.
b) Lingkungan rumah berada di kota, setengah kota, atau
desa.
c) Apakah rumah dekat dengan sekolah, tempat bermain,.
Apakah anak punya kamar sendiri atau tidak.
d) Apakah ada tetangga yang berbahaya bagi anak, apakah anak
mempunyai ruang bermain.
e) Bagaimana hubungan antar anggota keluarga.
f) Apakah pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua, baby
sister, pembantu, kakek nenek.
8. Riwayat Spiritual
Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh
keluarga bersama anak.
9. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang rumah sakit dan rawat inap.
· Alasan mengapa ibu membawa anaknya ke rumah sakit.
· Apakah dokter menceritakan kondisi anaknya atau tidak.
· Perasaan orang tua saat ini.
· Apakah orang tua akan selalu berkunjung atau menemani
anaknya.
· Siapa yang akan menemani anaknya.
b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap.
· Menanyakan pada anak alasan keluarga atau orang tua
membawa dia ke rumah sakit.
· Menanyakan pada anak apa penyebab dia sakit.
· Apakah dokter memberitahukan dia tentang keadaannya.
· Bagaimana perasaannya dirawat di rumah sakit.
10. Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi : kebiasaan-kebiasaan makan minum sebelum sakit
dan saat sakit, frekuensi,porsi atau jumlah, diet, nafsu makan, dan cara.
b) Eliminasi : BAB dan BAK kondisi sebelum dan saat sakit,
frekuensi, konsistensi, warna, bau, dan cara.
c) Pola istirahat tidur : kondisi sebelum dan saat sakit,
lama tidur ketika siang dan malam.
d) Personal hygiene : kondisi sebelum dan saat
sakit,frekuensi mandi dan sikat gigi dalam sehari, frekuensi mencuci rambut
dalam seminggu.
e) Aktifitas
Kemampuan perawatan diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan/minum
|
|||||
Toileting
|
|||||
Mandi
|
|||||
Berpakaian
|
|||||
Berpindah
|
|||||
Mobillitas di tempat tidur
|
|||||
Ambulasi/ROM
|
Ket
:
0 :
mandiri.
1 :
alat bantu.
2 :
dibantu orang lain.
3 :
dibantu orang lain dan alat.
4: tergantung total.
11. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien: keadaan penampilan klien.
b) Tanda-tanda vital : seperti tekanan darah, suhu, nadi,
respirasi.
c) Antropometri: tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, skin fold.
d) Head to toe :
·
Kepala : warna,
ukuran ,kesimetrisan, nyeri, pembengkakan, kontour, lesi, kondisi kulit kepala.
·
Wajah :
pergerakan, ekspresi, pigmentasi, tremor, acne.
·
Mata :
ketajaman, warna konjungtiva, warna sclera, pergerakan bola mata.
·
Telinga :
ketajaman, keadaan telinga.
·
Hidung :
penciuman, ukran, kesimetrisan, cuping hidung, warna mukosa, edema, kelembutan
dan nyeri.
·
Mulut dan
kerongkongan :
Ø
inspeksi dan palpasi bibir, mukosa mulut. normalnya warna
merah muda, simetris,lembab , tanpa lesi.
Ø
inspeksi gusi dan gigi. observasi kebersihan gigi, warna,
kebersihan. catat gigi tanggal, patah,nyeri,gigi yg tdk teratur, perdarahan
atau radang gusi.
Ø
inspeksi lidah dan dasar mulut. simetris, warna merah muda,
posisi lidah, ukuran lidah, mobilisasi lidah.
Ø
inspeksi langit-langit mulut, palatum,uvula. warna,
simetris, tekstur, reformitas tulang.
Ø
inspeksi tenggorokan, gunakan spatel lidah, pen light untuk
melihat tonsil, warna dan adanya pembesaran (catat ada bau khas)
Ø
tes rasa untuk mengetahui nervus vii dan ix dengan gula,
garam atau lemon.
·
Leher :
kesimetrisan , pergerakan, massa, nyeri, dll.
·
Dada : ukuran,
bentuk, kesimetrisan, warna kulit, dll.
·
Paru-paru :
pola pernafasan, bunyi pernapasan.
·
Jantung : pola
jantung, bunyi jantung.
·
Abdomen :
Ø
disamping sistem pencernaan, dalam abdomen juga ada sistem
kemih dan reproduksi.
Ø
rongga abdomen terletak di bawh diafragma dan di atas rongga
pelvis.
Ø
pemeriksaan abdomen mengunakan 4 metode
Ø
urutan pemeriksaan ; inspeksi untuk
mengetahui bentuk dan gerakan perut, tentukan kontur atau bentuk kesimetrisan abdomen ; pertama observasi
dari samping, kemudian berdiri didepan kaki klien, bandingkan sisi kiri dan
kanan, periksa ada tonjolan tau massa (ketidaksemitrisan bentuk), observasi lokasi umbilikus ; apakah
ditengah abdomen, inverted atau menonjol, kebersihan. observasi kulit abdomen ; warna
kulit, periksa adanya luka jaringan parut, striea, pembesaran vena, lecet atau
kmerahan. observasi pegerakan dinding abdomen
(pulsasi)
Ø
auskultasi untuk
mendengarkan suara perut atau peristaltik dan suara pembuluh darah,
Ø
perkusi untuk mendengarkan atau mendeteksi
adanya gas, cairan atau massa di dalam perut,
o
timpany ; suara keras, terdengar diatas lambung dan
intestine
o
dullness (redup) ;
suara yg singkat, terdengar pada daerah hati, limfa.
o
hyperresonance ; >
timpany, ada distensi atau berisi udara.
o
flat ; suara halus,
pendek, bila ada massa tumor, tulang, otot.
Ø
palpasi untuk mengetahui bentuk, ukuran dan
konsistensi organ-organ dan struktur di dalam perut.
Ø
auskultasi penting dilakukan sebelum perkusi dan palpasi,
karena perkusi dan palpasi akan mempengaruhi frekuensi dan karakter dari usus.
·
Ginjal :
pengeluaran urine,jumlah ,warna dan bau, frekuensi.
·
Rektum : pigmentasi,
hemoroid (penonjolan berwarna hitam),abses, kista, massa, lesi, gatal, perasaan
terbakar.
B. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
sistem pencernaan terdiri dari:
a) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan
untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh).
b) Rontgen.
c) Ultrasonografi (USG).
d) Perunut radioaktif.
e) Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan
dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah
pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat
samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara
pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi
sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
1) Pemeriksaan
Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan
perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan
barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa
melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya
penyumbatan atau ulkus).
Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan
barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan
dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
·
selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat
oleh jaringan fibrosa)
·
divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
·
erosi dan ulkus kerongkongan
·
varises kerongkongan
·
tumor.
b. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan
apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa
dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi
Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil
asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini
digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan
merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
2.
Intubasi
Intubasi
adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur
ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
a. Intubasi Nasogastrik.
Pada
intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim
dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini
dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga
lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
Intubasi
nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
·
Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
·
Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
·
Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami
kesulitan menelan.
Kadang
intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi
lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap
gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Intubasi Nasoenterik.
Pada
intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang,
karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
·
mendapatkan contoh isi usus.
·
mengeluarkan cairan.
·
memberikan makanan.
Sebuah
selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan
untuk biopsi (mengambil contoh
jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa
aktivitas enzim).
Lambung
dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas
tidak menimbulkan nyeri.
3.
Endoskopi
Endoskopi
adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik
yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui
mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
·
kerongkongan (esofagoskopi)
·
lambung (gastroskopi)
·
usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan
untuk memeriksa:
·
rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
·
keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter
endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
sekitar 30 cm-150 cm. Sistem
video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak endoskop yang
juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan
dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan
endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami
iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan
jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan
pemeriksaan lainnya.
Endoskop
juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum
endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih
dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan
dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum
endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk
mengosongkan usus besar.
Komplikasi
dari penggunaan endoskopi relatif jarang. Endoskopi dapat mencederai atau
bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan
iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
4.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan
rongga perut dengan menggunakan endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita
terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
·
mencari tumor atau kelainan lainnya
·
mengamati organ-organ di dalam rongga perut
·
memperoleh contoh jaringan
·
melakukan pembedahan perbaikan.
5.
Rontgen
a. Foto polos perut.
Foto
polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memrlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar
X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
·
suatu penyumbatan
·
kelumpuhan saluran pencernaan
·
pola udara abnormal di dalam rongga perut
·
pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
b. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium,
maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran
pencernaan, menunjukkan kontur
dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada
waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah
fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium
di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
·
fungsi kerongkongan dan lambung
·
kontraksi kerongkongan dan lambung
·
penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam
bentuk enema untuk melapisi
usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau
kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang
diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja,
sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum
ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut
diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa
terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya
limpa.
Parasentesis digunakan untuk
memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan
yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai
dengan USG) dilakukan sebelum
parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang
berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya
tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal.
Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan
tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk
pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi
pembengkakan perut.
7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara
untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan
bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan
daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya
cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran
pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab
perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak
menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil
di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan
menggerakkan alat tersebut.
Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
8. Pemeriksaan
Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran
pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa
terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja
berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah
yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja,
bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari
adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter
mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring
yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja
akan berubah bila terdapat darah.